Pages

Friday, June 17, 2011

FF: LUCIFER (I'll stay with you)

Annyeong..ini FF terlahir karna ke Gajean author, setelah pulang terawih malah muncul pikiran-pikiran aneh. Gatau gmna jadinya, tmbah gaje lagi ngpost skrg.haha. lama bgd ya? makasih jg udah disempetin baca.



Opener: Lucifer adalah iblis yang bisa mencintai, menipu pikiran seseorang bahwa obsesi adalah cinta, dan kekasih yang memiliki dua sisi kepribadian antara sisi baik dan jahat.

Cast:

Kim Kibum (SHINee) Key
You (readers) __



***



(Your Pov)

Aku duduk dipilar jendela, dengan kaki mengadah keluar. Mengayun-ayunkannya ke udara kosong yang membawa angin kesunyian. Mata memandang lurus tapi kosong. Tangan mencoba meraih sesuatu yang sebenarnya tak tau mau meraih apa. Itulah yang aku lakukan seperti malam-malam sebelumnya.

Setelah aku tau kau pergi untuk selamannya. Pergi ke tempat yang tak bisa ku jangkau, kecuali aku mati untuk menyusulmu.



"__, kau didalam"



Aku mendengar ketukan dan suara dari luar kamarku. Segera aku mendorong tubuhku kebelakang dan mulai menata kembali jiwaku dan pikiranku. Agar orang yang diluar itu tidak khawatir akan sikapku yang selama ini membuatnya begitu resah.



"masuklah. Tidak dikunci", ucapku setelah aku berhambur ke atas ranjang dan berlagak membaca buku.



"kau baik-baik saja?"



"seperti yang eomma lihat, aku baik-baik saja"



Eomma memutar bola matanya yang kini menatap pada makanan yang awalnya hangat menjadi dingin diatas meja belajarku.



"kau tidak makan lagi?"



"aku masih kenyang"



"cukup __, hentikan. Jangan buat hidupmu menderita seperti ini. Dia telah pergi. Pergi dan tak akan kembali"



"seharusnya dia tak pernah pergi. Seharusnya waktu itu aku melarangnya ke Los Angeles, dengan begitu kecelakaan pesawat itu tak akan pernah terjadi"



"ini takdir, kau tak bisa mengubah dan menyesalinya. Susun kembali hidupmu. Jadilah __, putriku yang sangat ceria. Eomma sedih melihatmu seperti ini. Eomma mohon kembali tata hidupmu jadi lebih baik lagi. Jadi __ yang dulu"



Eomma menemaniku sampai tertidur. Setelah meyakinkan aku tertidur eomma pergi meninggalkanku agar aku bisa bermimpi indah. Mataku memang terpejam. Tapi aku sama sekali tidak terlelap. Aku menarik selimutku dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut, menangis sesenggukkan didalamnya. Agar kedua orangtuaku tidak terbangun dan terganggu lagi dengan apa yang kulakukan.



"__"



Aku mendengar suara yang memanggil namaku. Suara yang selama ini aku rindukan.



"__, jangan menangis"



Aku menyibakkan selimut dari tubuhku dan cepat-cepat menyalakan lampu disamping ranjangku itu. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Orang yang selama ini aku rindukan. Kini ada dihadapanku. Ada dalam kamarku. Apa ini fatamorgana akan ke inginanku selama ini. Keinginan untuk melihatnya lagi.



"key"



Dia tersenyum padaku. Senyum manis terakhir yang kulihat sebelum ia pergi ke Los Angeles. Senyum manis yang kurindu.



"key", ulangku



"iya, ini aku __"



"apa aku bermimpi?"



"tidak, kau tidak bermimpi. Aku datang untuk menemuimu"



"bagaimana mungkin. Kau kan sudah...mati"



"aku memang sudah mati"



"tapi, kenapa kau ada disini?"



Dia berjalan mendekatiku, duduk disampingku. Aku benar-benar tak percaya akan apa yang kulihat. Aku mengangkat tanganku untuk menyentuhnya. Sungguh nyata, aku bisa merasakan wajah lembut itu lagi. Tapi rasanya ada yang berbeda. Suhu tubuhnya sangat dingin. Membuatku sadar bahwa dia bukan salah satu bagian dari dunia ini lagi.



“aku menukarkan jiwaku”, ucapnya



“jiwa?”



“setelah aku mati seharusnya aku bisa menjadi malaikat. Tapi aku menukarnya dengan jiwa iblis. Aku lakukan semua itu agar aku bisa berada kembali disini bersamamu”



“kau menukarkannya demi aku?”



“dari sana aku hanya bisa melihatmu menangis karna aku. Itu membuatku sangat menderita, karna aku tak bisa memelukmu dan menenangkanmu. Jadi aku menukar jiwa malaikatku dengan iblis. Ya inilah keuntungannya. Aku bisa berada disampingmu. Tapi ingatlah aku tak sebaik dulu. Sekarang aku adalah iblis”



Aku terdiam akan kata-katanya tadi. Aku meneliti setiap detail dirinya. Dia benar-benar berubah drastis. Dia memakai pakaian serba hitam, yang aku tau ini bukan gaya berpakainnya dulu. Gaya rambutnya pun berbeda. Setengah dari kepalanya dia biarkan botak. Tatapan matanya begitu misterius. Kenapa setelah melihatnya perasaan ini makin tak bisa kupahami. Senang. Atau berubah jadi takut.Ya. Aku benar-benar takut.



"pergi dariku!", perintahku dan aku menjauhkan diri darinya.



"apa maksudmu?"



"kau bukan key yang aku kenal. Dia malaikatku. Dia bukan iblis sepertimu"



"aku key"



"bukan. Kau bukan key"



"aku key", dia berjalan mendekatiku.



"bukan. Bukan. Kau bukan key. PERGI!!", aku berteriak cukup keras. Hingga membangunkan kedua orangtuaku.



"__, gwaenchanayo?"



Aku duduk dipojok ruangan dengan kaki tertekuk dan menutupi telingaku.



"kau kenapa?"



"dia datang", ucapku sambil menunjuk ke arah dimana key tadi berdiri.



"siapa yang kau maksud?"



Bola mataku menyusuri seluruh ruangan. Tapi aku tak menemukannya dimanapun.



"tadi key datang kemari. Dia bicara denganku disini"



"tenangkan dia. Sepertinya dia masih terpukul karna tewasnya key", perintah appa.



"kemarilah sayang, eomma akan menemanimu. Tenanglah"



"aku tidak bohong eomma. Dia tadi disini, bicara denganku. Oh..ya, tadi bahkan aku menyentuh wajahnya. Aku bisa merasakan kulitnya. Dia benar-benar kemari"



PLAKK..



Tamparan keras dari tangan eomma mendarat di pipiku. Dia menangis karna melihat aku yang begitu menyedihkan ini. Appa yang daritadi berdiri di pintu hanya menatapku penuh rasa iba. Sesekali aku melihatnya memegang kepalanya. Pasti dia pusing akan sikap anehku akhir-akhir ini.

***



Pada malam berikutnya, aku tidak lagi duduk dipilar jendela. Aku mengunci pintu kamarku dan jendela rapat-rapat. Menuju ranjang dan bersembunyi dibawah selimut. Berharap dia tidak akan datang.Tiba-tiba aku merasakan ada yang menyentuh tubuhku. Lagsung saja aku mendorong pemilik tangan itu. Benar pikirku. Dia datang lagi.



“kau, kenapa bisa masuk kemari?”



“kau lupa kalo aku ini sudah mati”



“apa maumu? Bukankah aku telah mengusirmu?”



“aku datang karnamu, kenapa kau sekarang malah mengusirku”



“aku berharap key yang datang, key malaikatku. Bukan iblis yang menggunakan raga key”



“berapa kali aku harus katakan padamu. Aku adalah key. key yang kau kenal dulu”



“tidak, kau bukan keyku. Key malaikatku. Kau bukan dia!”



Aku mundur kebelakang dan bersandar pada tembok kamarku, mencoba menjauh darinya yang kini semakin berjalan mendekat ke arahku.



“aku bilang pergi! Kau pergi dari kamarku. Sekarang!”



“baiklah aku akan pergi. Tapi aku akan kembali lagi kemari. Keinginanku hanya bersamamu. Selalu ada disampingmu”



“kau gila! aku saudara mu”



“sejak kapan kau mempermasalahkan hal itu? Dulu saat aku masih jadi manusia kita memang saudara. Tapi kita adalah saudara tiri. Dan sekarang aku bukan lagi manusia. Dan juga bukan lgi jadi saudara tirimu”



“kau benar-benar gila”



“lebih tepatnya aku menggilaimu”

***



Kedua orangtuaku tak percaya dengan apa yang aku katakan. Mereka malah bertambah khawatir akan diriku yang bertambah hari semakin tidak baik. Malah semakin menyedihkan. Mungkin sekarang yang ada dipikiran orangtuaku, menyatakan aku gila. Dan tujuan terakhir adalah memasukkanku ke dalam rumah sakit jiwa.

Aku tak tau harus seperti apa lagi. Kemanapun aku pergi dia akan menemukanku. Aku menyerah pada situasi ini. Ya, aku pasrah.



“apa itu kau?”, tanyaku dari bawah selimutku.



“kau tau ini aku?”



“tak seorang pun bisa masuk kekamar yang terkunci rapat kecuali kau”, ucapku masih didalam selimut.



“setiap malam aku akan datang menemuimu. Melihatmu tertidur walau sebenarnya ku tau kau tak pernah tertidur”



“aku membencimu”, ucapku sambil beranjak duduk dan melihatnya berdiri disebelah ranjangku



“aku menginginkanmu”



“kau gila”



“ini cinta”



“bukan. Ini adalah ‘obsesi’”, ucapku sambil memberi penekanan pada kata itu



Dia terdiam dan menatapku dengan tatapan tajamnya. Aku semakin takut dan mulai beranjak berdiri, mundur kebelakang menuju pintu.



“jangan mendekat. Aku bilang jangan mendekat!”



“bila aku tidak mau?”



“aku akan berteriak”



“berteriaklah sampai orangtua kita terbangun dan kau akan disangka gila. Dan mereka akan benar-benar memasukkan mu dalam rumah sakit jiwa”



“kau mengancamku?”



“tidak. Aku hanya mengizinkanmu saja”



“aku akan benar-benar berteriak”



“lakukan”



“. . . . . .”



Sebelum sempat aku berteriak dia membungkam mulutku dengan bibirnya. Ya, dia menciumku. Membatalkan teriakkanku

***



Sejak kejadian malam itu aku tidak lagi merasa aneh dengan kedatangannya setiap malam. Bahkan sekarang aku tidak pernah lagi mengusirnya keluar. Cuman aku masih menjaga jarak berdekatan dengannya.



“kau tak pergi tidur, ini sudah terlalu malam”



“aku tidak bisa tidur bila kau ada disini”



“setiap malam aku ada disini kan. Walaupun kau mengatakan tidak bisa tidur, pada akhirnya kau tidur juga”



Iya, kuakui akhir-akhir ini aku mulai bisa tertidur walupun tidak begitu nyenyak. Namun aku merasa aman, merasa dilindungi oleh seseorang yang aku yakini adalah dia. Iblis pengguna raga key malaikatku.



“apa kau akan selalu datang kesini tiap malam”



“apa itu sebuah permohonan?”



“apa?!”



“walau kau mengingkarinya, tapi aku tau kau sekarang mulai menerimaku berada disisimu”



Aku terdiam mendengar kata-katanya. Benar. Aku mulai bisa menerimanya. Mulai merasa dia adalah kebutuhan yang penting dihidupku. Aku sendiri tidak tau bagaimana jadinya bila dia menghilang dariku.

***



Hari-hari berlalu. Setiap matahari menyembunyikan dirinya diufuk timur. Dia selalu datang menemui dan menemaniku. Dan setiap malam aku akan selalu menunggunya, sedikit saja dia terlambat aku akan mulai resah dan takut bila dia tidak datang.



“kau terlambat”



“maaf, tak akan ku ulangi lagi. Kau belum tidur?”



“aku tak bisa tidur, sebelum kau jadi bantalku”



Aku dan dia tidak lagi menjaga jarak kami. Aku juga membiarkan jari-jarinya berlari menyusuri rambutku bila dia ingin memanjakanku. Aku juga tak keberatan saat dia disampingku dan menemaniku tidur. Karna aku tau, kami tidak akan pernah melakukan apa-apa.



“aku akan abadi di dunia ini, __”



“benarkah?”, ucapku yang sambil meletakkan kepalaku didadanya



“aku sudah mati dan jiwaku sudah tidak murni lagi jadi aku akan selamanya terjebak didunia ini. Dan akan selamanya menemanimu disini”



“apa kau juga akan bisa tua?”



“tentu saja tidak. Aku akan selamanya berumur 19tahun”



“lalu bagaimana denganku? Aku nanti akan bertambah tua”



“tak perlu khawatir, aku akan selalu mencintaimu dan selalu ada disisimu”



“tidak bisa. Aku tak mau kau melihatku bertambah tua. Aku igin abadi sepertimu”



“kau bercanda. Kau tidak akan bisa __”



“tentu saja bisa. Kenapa tidak bisa”



“jangan bilang kau mau mati dan ingin jadi seperti aku”, dia beranjak duduk dan membuatku merasa tidak nyaman



“iya, aku ingin jadi sepertimu”



“ambil lah jiwaku dan tukarkan jiwaku, biar kita sama dan hidup abadi”



“tidak. Aku tidak setuju”



“kenapa tidak? Dengan begitu aku bisa selalu bersamamu dan aku tidak akan takut menjadi tua”



“bagaimana dengan orangtua kita? Sudah cukup mereka kehilanganku dan aku tidak ingin mereka juga kehilanganmu. Apa kau tidak kasihan pada ibumu?”



“kalo begitu kenapa dulu kau datang dan membuatku ingin selalu bersamamu. Seharusnya kau biarkan aku selamanya jadi mayat hidup seperti dulu”



“__, aku mohon jangan lakukan itu”



“kalo kau tidak mau membunuhku, aku akan bunuh diri. Lompat dari jendela seperti yang dulu mau kulakukan. Kau membuatku menderita sejak kau pergi. Sekarang kau juga ingin membuatku menderita saat kau menyaksikan aku menikah dengan orang lain, melahirkan anak dari orang lain, dan menjadi tua karna usia. Kau mau aku seperti itu?! Apa kau mau?!”



“__”



“Aku hanya ingin bersamamu key. Selamanya ”



“apa kau benar-benar mau melakukan itu?”



“iya aku mau lakukan apapun agar bisa terus bersamau. Ambil jiwaku key. ambil sekarang juga”

***

Epilog



(Key PoV)

Aku mengambil jiwanya pada malam itu dan menukarkannya agar dia bisa menjadi sepertiku. Abadi. Kini kami adalah sepasang Lucifer. Ya, sepasang kekasih yang memiliki dua sisi kepribadian antara sisi baik dan jahat. Semua kulakukan karna aku ingin bersamanya. Dan dia pun juga begitu sebaliknya.

Love is a feeling that like to have. Love didn’t want to see its couple suffer. Love is an obsession. I’ll stay with you. And you too.

***The End***



Ada yang ngeh gak..? kalo ni FF ada keterkaitannya sm FF sebelumnya “LIFE (I love my stepbrother)”, bagi yang udah baca pasti ngerasa. Yupps FF ini author buat sejenis saga. Tamat tapi masih ada keterkaitannya dengan cerita sebelumnya. Yasud,,author tunggu BAKSOnya... gamsahabnida ^^,

No comments: